Apa yg kita ingat dari sepakbola Ukraina?.. Jika sepakat, maka secara dominan akan tersebut nama Andriy Shevchenko. Saya bukan bicara Shevchenko disini, yang membuat saya tertarik adalah Apa yg dilakukan pertama kali oleh Shevchenko ketika menerima Anugerah Pesepakbola Terbaik Eropa di tahun 2003?'. Tepat, Shevchenko mengunjungi makam Lobanovskyi yang tutup usia pada 13 Mei 2002 di usia 63..
Sebuah patung besar sedikit dari sekian penghormatan sepakbola Ukraina bagi Kamerad Si Penari - Lobanovskyi . Ukraina tau betul cara membangun sepakbola . Letakan penghormatan dan kecintaan yg besar, maka selanjutnya akan sangat mudah. Ramang, Abdul Kadir, Sucipto Suntoro, jelas tak jauh kapasitasnya dr Lobanovskyi (bahkan lebih hebat).. Tapi apa yg kita lakukan?. Bukankah bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai jasa pahlawannya bukan?. Apa yang memerdekakann negeri ini, sehingga anda, ya anda para pesimistis bisa tidur dan makan enak saat ini? MIMPI PARA PEJUANG..
Kita bermimpi ke Piala Dunia 2014, ketika anda tidak tau siapa RAMANG? Tampar saya teman. Ada jenjang yang salah.. Sports science, Timnas hebat, stadion megah dll adalah runut ke sekian.. Apresiasi sejarah adalah FONDASI .. Kalian tau apa sesungguhnya prahara utama sepakbola Indonesia? Bukan dualisme, tapi pembiaran terhadap sejarah.. Pintai cerita dr perintis sepakbola Indonesia nyaris putus.. Tanpa internet, kalian tau dimana harus cari info sepakbola Indonesia?..
Kita seperti di pukul pake balok dengan keras, ketika sepakbola negeri ini sedang asik sendiri dengan dualiasme PSSI dan KPSI yang seakan-akan mereka paling dewa di sepakbola negeri ini, mereka yang ngakunya sebagai induk Sepakbola tapi melupakan pahlawan sepakbolanya, tentang kehebatan Ramang tentunya.
Kita seperti di pukul pake balok dengan keras, ketika sepakbola negeri ini sedang asik sendiri dengan dualiasme PSSI dan KPSI yang seakan-akan mereka paling dewa di sepakbola negeri ini, mereka yang ngakunya sebagai induk Sepakbola tapi melupakan pahlawan sepakbolanya, tentang kehebatan Ramang tentunya.
http://www.fifa.com/worldfootball/news/newsid=1709580.html?cid=twitter_voiceofthesite
Jika sepakbola kita mau maju, Ramang menurut saya adalah 'Diorama' ideal sepakbola Indonesia.. Dari kisahnya, kita bisa petik banyak hikmah. akan tetapi Kita terlalu sibuk dengan kehebatan Ronaldo dan Messi siapa mereka buat bangsa ini, sampai terlupa Ramang itu sudah berpulang..
"Kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang atau kalah. Tapi pemain bola hanya dipelihara kalau ada panggilan. Sesudah itu tak ada apa-apa lagi..."
Kalimat itu diucapkan Ramang, pemain sepakbola legendaris Indonesia asal Makassar, Sulawesi Selatan. Dia mengungkapkan kekecewaannya atas perlakuan publik terhadap atlet yang sinarnya sudah meredup. Ironisnya, gambaran situasi seperti itu masih terjadi sampai detik ini.
"Buat apa mengenang masa-masa seperti itu sementara orang lebih menghargai kuda pacuan?" kata Ramang suatu ketika.“
Ramang yang lahir di Barru, 24 April 1928. Ramang kecil sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola takraw sejak berusia 10 tahun. Ayahnya, Nyo'lo, ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang, sudah lama dikenal sebagai jagoan sepakraga. Bakat Ramang memang menurun dari sang ayah.
Mulanya ia memperkuat Bond Barru, kota kelahirannya. Pada tahun 1947, Ramang bergabung ke klub sepakbola Makassar Voetball Bond (MVB), yang kini dikenal dengan nama PSM Makassar.
Sebelum berlabuh di klub besar tersebut, Ramang membela Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Bakatnya tersendus oleh scout dari PSM ketika memperkuat tim tersebut dalam sebuah turnamen yang diadakan oleh PSM. Ramang mencetak 7 gol dalam sebuah pertandingan dan membawa Persis menang 9-0 dalam kompetisi tersebut.
Tanpa menunggu lama, PSM segera mengontrak pemain bertubuh mungil tersebut. Hanya setahun di PSM, Ramang telah melanglang buana ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Ketika ia kembali ke Makassar, seseorang menawarinya pekerjaan sebagai opas di Dinas Pekerjaan Umum. Gajinya hanya Rp.3500,- per bulan dan tidak pernah naik.
Namun Ramang menerimanya dengan hati terbuka. Maklum, ketika itu sepakbola belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap. Pekerjaan sampingan Ramang sebelum dikontrak PSM adalah kernet dan tukang becak. Namun akhirnya ia meninggalkan dua pekerjaan tersebut, bukan karena gajinya di PSM mencukupi, namun ia lebih mencintai sepakbola. Hal tersebut membuat kehidupan Ramang yang saat itu sudah berkeluarga, sangat memprihatinkan. Keluarganya tinggal menumpang di rumah seorang teman.
Tahun 1954, Timnas melakukan lawatan ke berbagai Negara Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia), Indonesia hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol-gol mencolok. Dari 25 gol (Indonesia hanya kemasukan 6 gol), 19 di antaranya lahir dari kaki Sang Macan Bola dari Makassar.
Kalimat itu diucapkan Ramang, pemain sepakbola legendaris Indonesia asal Makassar, Sulawesi Selatan. Dia mengungkapkan kekecewaannya atas perlakuan publik terhadap atlet yang sinarnya sudah meredup. Ironisnya, gambaran situasi seperti itu masih terjadi sampai detik ini.
"Buat apa mengenang masa-masa seperti itu sementara orang lebih menghargai kuda pacuan?" kata Ramang suatu ketika.“
Ramang yang lahir di Barru, 24 April 1928. Ramang kecil sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola takraw sejak berusia 10 tahun. Ayahnya, Nyo'lo, ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang, sudah lama dikenal sebagai jagoan sepakraga. Bakat Ramang memang menurun dari sang ayah.
Mulanya ia memperkuat Bond Barru, kota kelahirannya. Pada tahun 1947, Ramang bergabung ke klub sepakbola Makassar Voetball Bond (MVB), yang kini dikenal dengan nama PSM Makassar.
Sebelum berlabuh di klub besar tersebut, Ramang membela Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Bakatnya tersendus oleh scout dari PSM ketika memperkuat tim tersebut dalam sebuah turnamen yang diadakan oleh PSM. Ramang mencetak 7 gol dalam sebuah pertandingan dan membawa Persis menang 9-0 dalam kompetisi tersebut.
Tanpa menunggu lama, PSM segera mengontrak pemain bertubuh mungil tersebut. Hanya setahun di PSM, Ramang telah melanglang buana ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Ketika ia kembali ke Makassar, seseorang menawarinya pekerjaan sebagai opas di Dinas Pekerjaan Umum. Gajinya hanya Rp.3500,- per bulan dan tidak pernah naik.
Namun Ramang menerimanya dengan hati terbuka. Maklum, ketika itu sepakbola belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap. Pekerjaan sampingan Ramang sebelum dikontrak PSM adalah kernet dan tukang becak. Namun akhirnya ia meninggalkan dua pekerjaan tersebut, bukan karena gajinya di PSM mencukupi, namun ia lebih mencintai sepakbola. Hal tersebut membuat kehidupan Ramang yang saat itu sudah berkeluarga, sangat memprihatinkan. Keluarganya tinggal menumpang di rumah seorang teman.
Tahun 1954, Timnas melakukan lawatan ke berbagai Negara Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia), Indonesia hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol-gol mencolok. Dari 25 gol (Indonesia hanya kemasukan 6 gol), 19 di antaranya lahir dari kaki Sang Macan Bola dari Makassar.
Berkat prestasi Ramang, Indonesia masuk dalam hitungan kekuatan bola di Asia. Satu demi satu kesebelasan Eropa mencoba kekuatan Indonesia. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara (salah satu kiper terbaik dunia waktu itu), klub Stade de Reims dengan si kaki emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Jashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan Roger Vollentein. "Tapi itu bukan prestasi saya saja, melainkan kerjasama dengan kawan-kawan," ujar Ramang merendah, sembari menyebut nama temannya satu per satu: Maulwi Saelan, Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Thio Him Tjiang, Danu, Phoa Sian Liong dan Djamiat.
Hasil yang dicapai Ramang karena disiplin dalam berlatih. Dia menggelutinya dengan tidak lazim. Ketika akan berlatih, dia sudah lari berkeliling lapangan sebelum para pemain lainnya muncul. Begitu pun ketika teman-temannya usai berlatih, Ramang masih tetap berlatih menendang bola ke gawang hingga hari gelap. Ramang juga sering berlatih di tengah gelombang. Menendang bola yang dibawa kembali gelombang ke pinggir pantai hingga dia lelah.
Bahkan "mitos"nya mengatakan bahwa setiap tendangannya sangat keras. Jangan menangkap tendangannya kalau tak ingin muntah darah. Ataupun kalau kena tiang atau mistar gawang, dipastikan mistar tersebut akan bengkok atau patah. Kiper-kiper yang takabur (berkata mampu menahan tendangan Ramang), selain ada yg rontok ke lapangan, juga berujung ke rumah sakit.
Jika Ramang ditanya mengenai pertandingan paling berkesan, di sejumlah media, ia menyebut ketika Indonesia menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956. "Ketika itu saya hampir mencetak gol. Tapi kaus saya ditarik dari belakang," kata Ramang. “Andai saja baju Ramang tidak ditarik, pastilah sudah kita 'bunuh' beruang-beruang merah itu” ujar Maulwi Saelan menambahkan.
Ramang dikenal sebagai penyerang haus gol. Ramang memang penembak lihai, dari sasaran mana pun, dalam keadaan sesulit bagaimana pun, menendang dari segala posisi sambil berlari kencang. Satu keunggulan yang masih diidamkan oleh setiap pemain bola kita hingga saat ini, terutama tembakan salto. Keahlian itu tampaknya karunia alam untuk pribadi Ramang seorang sebagai bekas pemain sepakraga yang ulung.
Ramang dikenal sebagai penyerang haus gol. Ramang memang penembak lihai, dari sasaran mana pun, dalam keadaan sesulit bagaimana pun, menendang dari segala posisi sambil berlari kencang. Satu keunggulan yang masih diidamkan oleh setiap pemain bola kita hingga saat ini, terutama tembakan salto. Keahlian itu tampaknya karunia alam untuk pribadi Ramang seorang sebagai bekas pemain sepakraga yang ulung.
Ramang melegenda, karena totalitas dan kehebatannya di lapangan. Skillnya diatas rata2 dan tak lazim, kekuatan fisiknya juga tidak lazim. Kaki Ramang keras seperti pohon, bahkan pemain sekelas Andjas Asmara mengaku pernah berguru khusus kepadanya.
Ramang adalah sosok yang sangat melegenda yang hingga kini belum tertandingi oleh pemain Indonesia setelahnya. Dalam seabad setelah Ramang tampil, kata orang, sulit kita menemukan pemain bola sekelasnya. Dia banyak disebut-sebut sebagai Pele-nya Indonesia.
Pada tanggal 26 September 1987, di usia 59 tahun, mantan pemain legendaris itu meninggal dunia di rumahnya yang sangat sederhana. Untuk mengenang jasanya, sebuah patung di lapangan Karebosi pernah dibuat untuknya. Namun sekarang patung itu sudah lenyap.
Ironis memang mengetahui akhir kisah hidup sang mantan bintang sepakbola Makassar, Indonesia yang disegani Dunia. Sebuah pengakuan dari sebuah sumber, jika kala itu sepakbola sudah dibungkus industri seperti saat ini, Ramang adalah pemain termahal.
Ramang 'mewakafkan' talenta yang untuk sesuatu yang ia cintai, sepakbola Indonesia..
Ramang sudah lama tiada, tapi semangat Ramang bisa kita genggam. Ramang adalah 'Optimisme'.
Ramang adalah sosok yang sangat melegenda yang hingga kini belum tertandingi oleh pemain Indonesia setelahnya. Dalam seabad setelah Ramang tampil, kata orang, sulit kita menemukan pemain bola sekelasnya. Dia banyak disebut-sebut sebagai Pele-nya Indonesia.
Pada tanggal 26 September 1987, di usia 59 tahun, mantan pemain legendaris itu meninggal dunia di rumahnya yang sangat sederhana. Untuk mengenang jasanya, sebuah patung di lapangan Karebosi pernah dibuat untuknya. Namun sekarang patung itu sudah lenyap.
Ironis memang mengetahui akhir kisah hidup sang mantan bintang sepakbola Makassar, Indonesia yang disegani Dunia. Sebuah pengakuan dari sebuah sumber, jika kala itu sepakbola sudah dibungkus industri seperti saat ini, Ramang adalah pemain termahal.
Ramang 'mewakafkan' talenta yang untuk sesuatu yang ia cintai, sepakbola Indonesia..
Ramang sudah lama tiada, tapi semangat Ramang bisa kita genggam. Ramang adalah 'Optimisme'.
Karena anda tidak bisa begitu saja melupakan seorang yg membuat Lev Yashin begitu khawatir di sepanjang laga...
Karena dulu, kita tidak cemas soal Khairul Fahmi, tapi Lev Yashin..!!
'Bermain saja meski berlumuran darah seperti Ramang dan Tan Liong Houw...' - Maulwi Saelan soal final Piala AFF '10.
Jadi, RAMANG ADALAH DIORAMA Sepak Bola Indonesia, DIORAMA RAMANG seperti patung besar Lobanovskyi negara Eropa sana 'Ukraina'. Sports science, kompetisi sehat, sepakbola usia dini dll, adlh runut berikut setelah kita mampu menghimpun sejarah dan mendistribusikannya.. Apresiasi sejarah adalah FONDASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar