"Generasi emas Belgia pasca Enzo Scifo akhirnya muncul lagi." Kalimat-kalimat seperti itu kini sepertinya menjadi salah satu favorit media-media sepak bola di dunia. Maklum, kekuatan skuat Belgia saat ini memang bisa dibilang mengerikan, jika kita menilainya dari individu-individu yang tergabung di dalamnya.

Siapa yang tidak kagum dengan gocekan indah ala Eden Hazard? Permainan simpel tapi efektif yang ditampilkan Marouane Fellaini? Soliditas dalam menjaga lini pertahanan yang menjadi kekuatan Vincent Kompany? Atau bek tengah yang rajin mencetak gol seperti Thomas Vermaelen? Apalagi, yang disebutkan di atas hanya sebagian dari yang ada di dalam tubuh Belgia.

Rote Teufel juga masih memiliki striker muda menjanjikan yang digadang-gadang sebagai 'Drogba Baru', Romelu Lukaku; gelandang yang bersinar di Fulham dan diperkirakan akan kembali menjadi bintang di Tottenham Hotspur, Moussa Dembele; dan Pemain Terbaik di Belanda tahun 2012, Jan Vertonghen, yang juga baru mulai berpetualang di Spurs.

Tak lupa, di bawah mistar gawang, Belgia memiliki Thibaut Courtois, kiper muda yang tampil gemilang bersama Atletico Madrid musim lalu dan mengantarkan Los Rojiblancos meraih gelar Liga Europa dan Piala Super Eropa 2012. Terakhir, ada pula Axel Witsel, yang baru saja membuat Zenit St. Petersburg merogoh kocek sebesar 40 juta euro untuk mendapatkannya.

Dengan sejumlah individu hebat seperti itu, Belgia seharusnya bisa disebut sebagai salah satu tim terkuat di Eropa saat ini. Fakta menarik disebutkan oleh harian di Belgia, La Derniere Heure, yang menghitung harga para pemain di skuat Belgia saat ini.

Harian tersebut menyebutkan angka 180 juta euro, dan membuat Belgia menjadi tim nasional termahal ketiga di dunia di belakang Brasil dan Portugal. Apalagi, angka tersebut muncul sebelum transfer Axel Witsel terjadi.

Tak mengherankan jika banyak orang lalu mengatakan bahwa Belgia saat ini bisa mengulangi atau bahkan melebihi generasi emas Belgia di era Enzo Scifo, lebih dari dua dekade lalu.

Di atas kertas, sebenarnya keterlaluan jika Belgia di era saat ini tidak bisa menembus Piala Dunia yang akan digelar di Brasil pada tahun 2014 mendatang. Dengan kekuatan seperti itu, Belgia seharusnya bisa melewati babak kualifikasi zona Eropa dengan mudah. Sekalipun mereka tergabung dengan grup yang cukup sulit sekalipun.

Belgia kini tergabung di grup A, bersama Kroasia, Skotlandia, Serbia, Marcedonia, dan Wales. Kroasia dan Serbia diperkirakan akan menjadi batu sandungan di grup ini, mengingat kedua tim tersebut memiliki pengalaman yang lebih tinggi dibandingkan Belgia. Kedua tim inilah yang perlu diwaspadai oleh Belgia, meskipun, sekali lagi, di atas kertas, Rode Duivels masih lebih unggul.

Tetapi, sebuah tim yang diisi oleh individu-individu yang hebat tidak akan menjadi tim yang hebat jika individu-individu tersebut tidak dipadukan secara sempurna menjadi satu kesatuan. Di sinilah peran Marc Wilmots, pelatih utama Belgia, menjadi begitu penting.

Wilmots memiliki tugas yang tidak mudah. Pertama, ia harus berurusan dengan para pemain yang sudah menjadi bintang di klubnya masing-masing. Bintang utama tim tersebut, Eden Hazard, bahkan sudah beberapa kali pernah membuat ulah yang bisa merugikan timnasnya. Menghadapi pemain-pemain seperti Hazard bukanlah hal yang gampang.

Kedua, Wilmots harus menyatukan para bintang ini menjadi satu tim yang utuh dan solid. Wilmots perlu memutar otak untuk memaksimalkan potensi tiap individu di dalam timnya agar ia mampu menciptakan sebuah tim yang luar biasa.

Laga di Wales beberapa waktu lalu, di pertandingan pertama babak kualifikasi, menunjukkan bahwa Belgia masih belum mengeluarkan potensi terbaiknya. Artinya, Wilmots masih harus mengeksplorasi kembali skuatnya agar mampu menghasilkan sebuah tim yang hebat.

Ketiga, Wilmots harus menghadapi tekanan kuat dari orang-orang. Menggemanya sebutan "generasi emas" dari media dan banyak pecinta sepak bola sesungguhnya malah memberikan tekanan yang besar bagi Belgia. Namun, hal ini tentu tidak bisa dielakkan oleh mereka.

Tugas berat di atas harus bisa diselesaikan oleh Wilmots dengan sesegera mungkin, mengingat kualifikasi Piala Dunia sudah dimulai. Belgia harus membuktikan bahwa apa yang di atas kertas tampak hebat juga bisa terbukti hebat di atas lapangan.

Yang terpenting, tak perlu terburu-buru mencanangkan target tinggi, misalnya melebihi apa yang pernah dicapai oleh Belgia era Scifo (Saat itu, Belgia mampu meraih posisi keempat di Piala Dunia 1986).

Lolos ke Brasil 2014 menjadi target paling realistis sejauh ini. Semalam mereka menggilas Serbia 0-3 di kandangnya, So. Keterlaluan rasanya bila Belgia di era Eden Hazard ini tidak bisa mencapainya!